Warga Apartemen Accent di Bintaro Jaya, berkumpul membentuk Paguyuban Accent Owner demi kebersamaan mereka di dalam satu gedung. Olahraga dan hobi menjadi alat untuk menjaga keguyuban mereka.
Anjuran menjaga jarak di masa pandemi, bukan berarti menghilangkan keguyuban antarwarga di sebuah pemukiman. Apartemen sebagai hunian vertikal tak mau kalah dengan klaster hunian horisontal dan menjejak tanah. Selama itu manusia yang bermukim di sebuah hunian, pastikan mereka akan berjabat tangan dengan tetangga di sebelah, sebelahnya lagi, dan seterusnya. Bersosialisasi menjadi bagian yang penting dalam kehidupan sebagai anggota masyarakat.
Seperti halnya penghuni Tower Breeze yang memiliki paguyuban, pemilik unit apartemen Accent juga membentuk perkumpulan yang dinamakan Paguyuban Accent Owner (PAO). Uniknya, terbentuknya kedua paguyuban tersebut berasal dari satu pencetus, alias dedengkotnya sama, yaitu Heriyanto, warga Breeze yang ternyata memiliki unit apartemen juga di Accent. Menurutnya, ia sangat mendambakan terciptanya keakraban dan kerukunan di apartemen, dari selfish menjadi guyub.
Dari pendekatan yang dilakukan oleh Heriyanto dari waktu ke waktu, muncullah sembilan nama penghuni Accent yang menjadi tim inti PAO. Mereka adalah Hendry H. Batubara, Dwi Pantja Wibowo, Fendra K., Joula Julita Karundeng, Ratna Dewi, Tasya, Amrita, Oeland Purnomo, dan Heriyanto sendiri.
Mereka bahu-membahu menyosialisasikan paguyuban kepada para penghuni lain, sekaligus menjadi “jembatan” antara penghuni dengan manajemen apartemen. Jumlah unit apartemen Accent yang terjual kini sudah mencapai 208 unit dari 225 hunian yang tersedia. “Sekitar 70% dari unit yang sold itu, yang dihuni cukup banyak” jelas Hendry.
“Untuk mengguyubkan para penghuni bukanlah misi yang mudah dan sebentar, apalagi di saat pandemi seperti saat ini,” tambah Dwi Pantja yang berprofesi sebagai dokter di RS Premier Bintaro. Langkah awal mereka, membuat grup Whatsapp sebagai sarana berkomunikasi. Akhirnya, tanggal 28 November 2020 Paguyuban Accent Owner ini terbentuk.
Seni dan Sport
Setelah paguyuban terbentuk, mulailah mapping atau mengumpulkan informasi seputar hobi para warga. “Untuk meng-attract orang, kita harus menyentuh hati mereka dengan kegiatan yang mereka sukai,” terang Joula Julita. Bersama Amrita, Julita membuka “kelas” angklung. Mengapa angklung? Mereka terkesan dengan kumpulan angklung paguyuban Breeze yang diinisiasi oleh Ratna Dewi.
Itu dari ranah seni. Kalau dari aktivitas membugarkan tubuh atau olahraga, paguyuban ini memiliki beberapa kegiatan. Mulai dari gowes yang dikoordinir oleh Fairizal, yoga oleh Tasya, dan yang terbaru Muaythai, diurus oleh Oeland.
Khusus Yoga, Tasya sudah memulai kelasnya sejak pandemi belum terjadi. “Biasanya kami berlatih tiga kali dalam seminggu di Lantai P3 samping kolam renang, mulai dari pukul 07.30-09.00,” jelas Tasya. Ia mengaku sangat enjoy berlatih yoga, karena selain bagus untuk kesehatan dan kecantikan, kelas mereka dilatih oleh Noey Nurasiah, salah satu Main Teaching Team di Indonesia Yoga School Jakarta.