Sebagai bagian dari instrumen pemerintah, warga Bintaro Jaya ini terus menjalankan program-program bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat yang bermukim di lingkar luar Bintaro Jaya.
Syarif Hidayat, Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Kelurahan Parigi ini, sudah menetap di Bintaro Jaya sejak tahun 1994. Tepatnya di Bintaro Utama Sektor 9. Saat itu, ia masih kuliah di salah satu universitas di Karawaci, sebelum akhirnya pindah ke universitas negeri yang kondang dengan almamater jaket kuning. Lanjut mengambil S2 di Kampus Salemba dan resmi menjadi Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 2014.
Apa yang membuatnya tertarik menjadi instrumen pemerintah? “Dulu pelayanan kepada masyarakat itu dirasa kurang. Saya concern soal itu, sehingga untuk memperbaiki, saya harus masuk ke dalam sistem,” jawab Syarif yang memulai tugas pertama di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau.
Setelah masuk ke dalam sistem, pelan-pelan ia mencoba memperbaiki berbagai kekurangan, sehingga pelayanan kepada masyarakat semakin membaik. Menurut ayah satu anak ini, reformasi birokrasi masih terus bergulir, mengubah mindset melayani bukan dilayani, serta pelan-pelan meninggalkan budaya feodal, merupakan beberapa hal yang dapat mewujudkan good governance.
Selanjutnya, karir Syarif berlanjut di Pemerintah Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017. Lantaran faktor kesehatan, ia ditempatkan di Kelurahan Parigi, karena dekat dari kediamannya di klaster Discovery Cielo, Bintaro Jaya, sejak tahun 2013.
Selagi Syarif semangat membina karir di pemerintahan, cobaan dari Tuhan menerpa. Ia terserang stroke hebat pada tahun 2019 yang menyebabkan ia harus total istirahat dan tidak dapat bekerja selama lebih kurang dua tahun.
“Saya dibawa ke Rumah Sakit PON, Cawang, dan mengalami koma selama sebulan. Akhirnya saya harus menjalani Cranioplasty atau bedah syaraf, agar bisa tertolong dan masa pemulihan selama enam bulan,” kisahnya.
Kini dalam keadaan disabilitas, Syarif tidak menyerah apalagi putus asa. Ia tetap mendedikasikan dirinya kepada masyarakat. Bekerja, berdoa, dan berikhtiar. Di Kelurahan Parigi, ia menyelenggarakan program yang bermanfaat bagi masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah, seperti santunan anak yatim, pembagian sembako bagi warga dhuafa, dan lain-lain.
“Harapan saya, bantuan sosial lebih merata. Nominalnya ditingkatkan, terutama di bidang keagamaan, marbot, dan guru ngaji diberi tunjangan. Program ini sudah berjalan namun belum maksimal,” ungkap Syarif.
Selain menaruh perhatian pada kesejahteraan sosial masyarakat, Syarif juga peduli dengan kelestarian lingkungan. Isu polusi yang merebak saat ini juga menempatkan Tangerang Selatan sebagai daerah yang memiliki tingkat polusi tertinggi di Tanah Air.
Sebagai bagian dari instrumen pemerintah, Syarif merasa terpanggil untuk mendukung program pemerintah, seperti pelarangan pembakaran sampah, penggalakan program pengolahan sampah dan uji emisi kendaraan bermotor.
“Saya berharap masyarakat bisa saling bantu menginfokan apabila ada warga yang membakar sampah di lingkungan rumah mereka. Hotline aduan 112,” info Syarif.
Mengenai uji emisi, lebih lanjut ia mengungkapkan, juga diberlakukan bagi seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN). Untuk itu, ia berinisiatif mengganti mobil berbahan bakar minyak dengan mobil listrik.
“Saya punya prinsip, kalau nggak bisa kasih solusi, paling nggak jangan menambah polusi,” pungkasnya sembari tersenyum.