Terbaru

Almira Marcellani, Bincang Ringan bareng Diploma Kopi

Oleh Icef Andi Herdian
Pinterest LinkedIn Tumblr WhatsApp

Wanita berusia 33 tahun yang masih terlihat muda, cantik, dan memiliki gelar Coffee Diploma dari Specialty Coffee Association (SCA). Di Indonesia, masih jarang yang punya gelar itu. SMART Bintaro sempat bertemu dan berbincang-bincang dengan Almira Marcellani di coffee shop dan roastery miliknya, Sensory Tree Café, di bilangan Jl. Maleo Raya, Sektor 9.  

Bagaimana ceritanya bisa meraih diploma kopi nih?
Saya memang suka kopi. Awalnya bisa sekolah tentang kopi, justru tidak menyangka ternyata ada jurusan yang bisa sampai meraih Coffee Diploma. Di dunia itu, ada asosiasi internasional bernama Specialty Coffee Association (SCA), menawarkan kepada siapa saja untuk belajar tentang kopi. Tapi tidak seperti kuliah biasa.

Ada memang universitasnya di Amerika, namanya UC Davis, tapi lulusannya seperti Coffee Scientist gitu. Kurikulum SCA mengacu pada universitas tersebut dan sekarang ini sudah jauh lebih fleksibel. Kita tinggal meminta salah satu certified instructor untuk membuka kelas. Ada lima modul yang terdiri atas tiga level untuk setiap modul. Sertifikat dari asosiasi ini sudah diakui secara internasional.

Ketika mengambil salah satu modul, nanti dapat poin yang jika diakumulasi jadi seperti SKS di bangku kuliah. Nah, jika sudah mencapai poin tertentu, kita sudah dianggap coffee diploma. Seseorang yang sudah punya gelar itu, sudah bisa jadi Authorized SCE Trainer dan memberikan sertifikasi internasional tadi.

Kapan dan di mana ambil sertifikasi SCA?
Saya mulai tahun 2018 lalu, nonstop belajarnya. Ambil kelas di Malaysia dan Singapura. Selesai satu modul, kemudian ambil modul berikutnya. Itupun per modul ada jangka waktu 3 bulan, baru boleh ambil modul lagi. Kalau orang awam mau ambil Diploma Kopi, minimal 1,5 tahun belajarnya. Tapi setiap peserta beda-beda, karena ada ujiannya per level, per modul, dengan tingkat kesulitan masing-masing.

Almira Marcellani
Belajar kopi di Malaysia dan Singapura

Susah nggak sih belajar soal kopi?
Ya ternyata untuk menjadi diploma kopi bukan cuma sekadar bisa buat cappuccino dan latte art. Kita harus punya pengetahuan yang lebih luas tentang kopi. Nggak sedikit kelas yang harus diambil dengan standar poin yang harus dikejar. Yah itulah pengorbanannya. Tapi pada dasarnya saya memang suka sekali belajar.

Bagaimana pendapat soal menjamurnya coffee shop?
Bagus dong, kan profesi barista jadi banyak dan lebih banyak orang yang akan mengerti soal kopi. Tinggal bagaimana kita mengedukasi mereka dan membawa kampanye kopi Indonesia yang bisa membuat bangga.

Apakah produk kopi Indonesia terbaik?
Kualitas kopi Indonesia termasuk salah satu yang terbaik. Secara fakta juga menunjukkan, Indonesia itu penghasil kopi nomor empat di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Sekitar 70% kopi kita itu Robusta, hampir 30% Arabica, sisanya baru ada Liberica, Excelso.

Di lelang-lelang internasional di internet, banyak komoditi kopi Indonesia dinilai sangat tinggi. Dengan teknologi sekarang dan teknik fermentasi yang baik, kita bisa kok menciptakan rasa atau meng-highlight rasa kopi yang bold. Semua itu bisa kita lakukan pada proses pascapanen.

Memang benar penyumbang faktor terbesar dari rasa itu, ada tiga hal yang tidak bisa lepas satu sama lain. Yaitu, genetika, lingkungan, dan agrikultur. Jika salah satu faktor tersebut berbeda kondisinya, rasanya pun akan beda. Itu belum masuk ke treatment pascapanen. Bicara kopi dari hulu sampai hilir, bisa panjang banget. Justru semakin saya mendalami kopi, saya lebih concern saat ini dengan sektor hulu.

Ada problem apa di hulunya industri kopi Indonesia?
Sebagian besar SDM kopi kita di hulu itu petani rakyat, sekitar 93%. Sayangnya, mereka tidak punya akses informasi yang baik untuk mengelola lahan mereka, supaya bisa meningkatkan produktivitas, sekaligus menghasilkan produk kopi berkualitas. Beda dengan industri kopi di hilir yang sangat well-informed. Itu yang sangat disayangkan. Sekali lagi, edukasi dan pemerataan informasi itu sangat penting bagi peningkatan mutu produk kita.

Jadi masih belajar terus dong ya?
Kalau belajar soal kopi, apalagi industri hulunya, nggak ada habisnya sih. Terutama soal pertanian, karena bagi saya, ilmunya akan update terus. Di samping itu, saya tetap mengajar buat orang-orang yang punya antusiasme soal kopi. Sharing bagaimana jadi barista, cara kalibrasi, cara mencicipi kopi, dan ada juga workshop roastery. Makanya, sekarang saya buka kelas Kunci Coffee Academy, tiap hari Sabtu di sini. Ada kelas barista, sensory, dan brewing.

Lebih pilih mana, mengajar atau ‘jualan’ kopi?
Jualan sama mengajar, kepuasannya itu beda. Saya sangat menikmati kalau lagi ngajar. Lebih banyak experience, ketemu orang banyak, sharing pengetahuan, dan lain-lain. Saya juga sering diundang jadi juri kompetisi kopi, di beberapa negara luar. Ya mungkin karena passion saya suka belajar apa saja dan kebetulan suka sekali dengan kopi. Sedangkan untuk bisnis kopi, saya suka dengan berbagi experience mencicipi kopi bareng penikmat lain.

Nah, apa yang ditawarkan Sensory Tree dari pemilik bergelar Diploma Kopi?
Keunikan di kafe saya ini, bukan cuma sekadar konsistensi rasa kopinya, tapi punya banyak pilihan buat penikmat kopi, dari yang soft sampai strong, sesuai dengan seleranya. Kita bisa cerita banyak soal kopinya. Di sini, kami juga punya produk Weekly Coffee. Satu boks isi tujuh bungkus dengan tujuh rasa yang berbeda. Simpel, tinggal seduh aja. Cobain deh.

Almira Marcellani
Menguji kepekaan produk kopi

Write A Comment