Sekelompok ‘emak-emak’ berpetualang bersama menjelajah alam dengan trekking di daerah Sentul dan kaki Gunung Salak. Inilah salah satu motif healing beberapa warga Bintaro Jaya. Minat gabung?
Berawal dari teman sekantor yang suka trekking, walhasil terbentuklah grup emak-emak yang rajin trekking bareng, mulai tahun 2019. Mereka tidak menyebut grup ini sebagai komunitas, lantaran anggotanya belum banyak. Saat ini, anggota aktif baru sepuluh orang, yang sebagian besar berdomisili di Bintaro dan sekitarnya. Sisanya tinggal di BSD, Ciputat, dan lain-lain.
Anggota grup trekking ini memang sebagian besar ibu-ibu yang sudah berumah tangga, dengan rentang usia 30-50 tahun. Mereka biasa berpetualang ke Sentul dan kaki Gunung Salak. Biasanya memilih trekking di hari kerja, bukan pada akhir pekan, yang menurut mereka justru ramai dan macet.
Pada awal-awal mulai trekking bareng, jalur yang dipilih baru ke Sentul, yang banyak curug. Sungguh memang mengasyikkan kala lelah menyusuri jalan setapak di perbukitan, berakhir dengan berendam dan bermain air di curug, sambil menyimak suara syahdu dari gemericik air. Belakangan, mereka juga merambah perbukitan-perbukitan menantang di kaki Gunung Salak, Bogor.
Bahkan, mereka lebih intens menjelajah alam ketika pandemi tengah melanda. Dalam sebulan, bisa dua sampai tiga kali. Malah, akhir-akhir ini yang jarang trekking, lantaran sedang musim hujan. Terakhir berpetualang bulan Agustus 2022 silam.
“Waktu pandemi kan kayaknya butuh suasana segar gara-gara Covid. Makanya setahun kemarin aktif banget trip trekking. Trekking itu nagih loh dan lebih tertantang gitu haha…,” tawa Ade Astrid, salah satu anggota grup trekking Bintaro.
Lebih lanjut Ade mengungkapkan, selama trekking ada pemandu berpengalaman yang selalu setia mendampingi ‘emak-emak’ menjelajah hutan. Pemandu ini pulalah yang kerapkali memberi info tentang jalur trek yang bagus untuk mereka sambangi. Jika anggota grup kasih lampu hijau tentang ide tersebut, berangkatlah mereka bersama-sama.
Tantangan Gunung Salak
Sekali trekking, masing-masing anggota mengeluarkan biaya sebesar Rp150 ribu-Rp250 ribu, tergantung dari tujuan trek. Perjalanan juga pulang-pergi dalam sehari. Berangkat dari rumah pukul 04.00, mulai trekking pukul 08.00, dan ‘turun gunung’ sekitar pukul 12.00 atau 13.00. Walaupun begitu, mereka bisa mengunjungi dua sampai tiga curug di Sentul, dalam sekali trekking.
Menurut Ade, trek di Sentul dan kaki Gunung Salak beda banget. Di Sentul, treknya lebih teratur, jalan setapaknya mudah dilalui, suasananya nggak seperti hutan, dan masih ada pemukiman warga.
“Kalau di kaki Gunung Salak, itu spooky banget, banyak hutan-hutan, dan treknya lebih sulit. Jalannya benar-benar setapak, kiri-kanan hutan, kadang bebatuan. Lebih menantang dan butuh ekstra tenaga. Tapi pemandangannya juga bagus banget,” urainya.
Ia menyarankan, untuk trekking ke kaki Gunung Salak, harus memakai sepatu khusus trekking, yang ringan dan yang ada gerigi di bawahnya. Medannya memang agak berat, kadang ada bebatuan yang runcing, terkadang juga licin. Untuk pakaian, disarankan pakai baju berlengan panjang, begitu pula dengan celana.
“Pastinya trekking dibawa sangat fun gitu. Setiap kali trekking, juga harus ada pencapaian akhir yang wah. Misalnya air terjun atau pemandangan yang indah. Kan udah capek-capek ngetrek dengan jalan yang nggak mudah, pasti pengen liat yang keren di akhirnya,” tandas Ade.
Nah, bagi warga Bintaro, terutama emak-emak, bisa banget loh ikutan grup trekking ini. Bagi yang tinggal di Bintaro dan sekitarnya, biasanya berangkat bareng. Nanti ketemu anggota lain di pom bensin atau kafe tertentu di daerah Sentul atau Bogor. Bagaimana tertarik trekking bareng?