Pengurus lingkungan bekerjasama dengan Puskesmas Pondok Pucung melakukan Grebeg Jentik di klaster Kasuari, Sektor 9, hari Sabtu (18/9). Ini salah satu upaya memutus mata rantai penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) dari gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
Pengurus Lingkungan Kasuari Tini Subagio menjelaskan, sosialisasi terkait Juru Pemantau Jentik (Jumantik) sebenarnya telah berjalan rutin sebelum datangnya pandemi, namun seiring kesibukan warga hingga akhirnya terlupakan dalam memantau genangan-genangan air.
“Kami sudah menjalankan ‘satu rumah satu juru pemantau jentik’ sejak lama sebelum pandemi. Namun karena kesibukan, mungkin lupa hingga akhirnya warga terkena DBD. Jadi memang banyak nyamuk dengue di sini. Kami lakukan fogging dan grebeg jentik secara door-to-door ke rumah warga,” jelas Tini.
Selain itu, tidak semua warga menerima adanya tamu di masa pandemi. Oleh sebab itu, 14 petugas yang tersebar ke dalam 6 RT atau 320 rumah dibantu koordinator lingkungan di tiap RT, hanya memantau di luar rumah warga. Sedangkan untuk di dalam rumah, pihaknya tetap menghimbau, agar warga membersihkan sendiri jentik yang ada di dalam.
“Ya tetap kami minta warga, agar memeriksa genangan air di rumah masing-masing setiap pecan. Seperti dispenser, pot bunga, bak mandi, tampungan air AC, dan rak piring yang bisa menjadi tempat bertelurnya nyamuk. Wilayah Kasuari sedang endemik dan ini untuk memutus mata rantai DBD di Kasuari,” ungkap Tini.
Menurutnya, jarak terbang nyamuk bisa mencapai dua atau tiga rumah sebelahnya. Jika warga tidak membersihkan jentik nyamuk secara rutin, maka akan sangat berbahaya.
“Ini gerakan bersama. Kami himbau warga untuk memeriksa rumah masing-masing secara rutin. Siklus lava menjadi nyamuk hanya membutuhkan waktu seminggu. Jadi walaupun ada jentik, lalu dibersihkan, tidak menjadi nyamuk dewasa,” tandasnya.